• Telp : 0725-47297, 41507
  • Fax : 0725-47296
  • Email : iainmetro@metrouniv.ac.id
Diposting oleh Tgl 07-12-2021 & wkt 02:26:05 dibaca Sebanyak 170 Kali

metrouniv.ac.id - Dr. Mukhtar Hadi, M.Si. (Direktur PascasarjanaIAIN Metro)

 

Tidak ada orang yang tidak ingin menjadi unggul. Menjadi unggul berarti menjadi orang yang lebih baik, maju, menjadi pemenang dan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan yang lainnya. Boleh dkatakan menjadi unggul adalah fitrah dasar manusia sejak awal penciptaannya. Para ahli biologi menyatakan bahwa manusia sejak proses penciptaannya yaitu sejak bertemunya sperma dengan sel telur yang kemudian menghasilkan pembuahan telah berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menjadi unggul dan menjadi pemenang.

Proses pembuahan sendiri menurut para ahli terjadi dalam waktu 24 jam setelah sel telur dihasilkan. Setelah salah satu sel sperma dari jutaan sel sperma lainnya menembus sel telur, maka sel telur akan berubah bentuk dan membentuk lapisan sehingga sel sperma lain tidak bisa menembus masuk. Inilah yang disebut proses pembuahan dan akan menjadi proses kehamilan. Dalam proses kehamilan itu janin berkembang, lalu menjadi bayi, lalu dilahirkan dan kemudian menjadi manusia dewasa yang tumbuh dan berkembang. Dan manusia itu adalah kita semua. Sehingga jelas dalam keseluruhan proses ini, setiap kita dilahirkan dengan status sebagai pemenang dan itu artinya kita ini paling unggul dibandingkan yang lainnya. Yang lainnya kemana? Tentu mengalami kebinasaan karena dikalahkan oleh kita.

Jika dalam proses penciptaan semua manusia adalah pemenang, mengapa dalam kehidupan dunia nyata nilai-nilai keunggulan itu terkadang meredup atau terlupakan? Ada diantara manusia yang hidupnya diliputi keputusasaan, nglokro, kehilangan daya hidup, pesimis dan merasa dunia tidak berpihak kepadanya. Hidupnya merasa tidak berguna dan berputus asa dari Rahmat Allah. Hidupnya seperti baterai yang habis masa pakainya, sehingga malas berikhtiar dan tidak berprestasi. Mereka lupa bahwa sebagai manusia ia diciptakan sebagai  seorang pemenang dan bukan sebagai pecundang. Hanya karena tantangan kehidupan saja mereka menyerah, padahal Allah mengingatkan bahwa kehidupan ini adalah ujian supaya manusia dapat terus melakukan yang terbaik. Dalam al-Qur’an surat Al-Mulk ayat 2 Allah SWT berfirman :

 

???????? ?????? ????????? ???????????? ?????????????? ????????? ???????? ???????? ?????? ??????????? ????????????

 

Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun”. (QS.Al-Mulk: 2).

 

Berdasarkan ayat tersebut, kehidupan dan kematian yang diberikan oleh Allah SWT adalah merupakan bentuk ujian untuk menentukan siapa yang terbaik amal perbuatannya. Dengan kata lain bahwa segala hal yang dialami dan dihadapi manusia sejak dilahirkan dari Rahim ibunya hingga nanti ajal menjemput adalah bentuk ujian dan tantangan. Yang berhasil melewati ujian dan tantangan itu adalah manusia-manusia yang selalu berusaha untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh sehingga menjadi amalan yang terbaik atau menghasilkan keunggulan. Sehingga dengan demikian jika manusia beribadah kepada Allah maka ia akan beribadah dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk beribadah dengan yang terbaik. Demikian pula jika ia menggeluti kehidupan duniawi ini, ia juga akan berusaha sungguh-sungguh supaya menjadi yang terbaik (ahsanu “amala).

 

Berlomba Dalam Kebaikan

 

Untuk berusaha menjadi unggul tentu saja harus tetap dalam koridor kebaikan dan diniatkan semata-mata untuk ibadah kepada Allah SWT. Bukan berlomba menjadi unggul tetapi dengan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan. Bukan pula menjadi unggul untuk bersikap riya dan menyombongkan diri. Karena banyak juga orang yang demi mencapai keunggulan melakukannya dengan cara yang tidak baik atau dengan cara merendahkan dan menistakan orang lain. Masa bodoh orang, yang penting dirinya berhasil mendapatkan sesuatu yang dicita-citakan.

Jika orang mendapatkan keberhasilan dan keunggulan dengan menghalalkan segala cara maka orang itu  terjebak dalam paham Niccolo Machiavelli. Paham ini mensahkan dan menghalalkan segala cara untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan, untuk mempertahankannya  mengadu domba diperbolehkan, serta boleh dengan adu kekuatan sehingga yang kuat pasti dapat bertahan dan menang. Atau seperti perkataan Deng Xioping, tokoh komunis Cina: “Tidak masalah mau kucing kuning atau kucing hitam, asalkan bisa menangkap tikus”. Bukan, bukan seperti itu cara meraih keunggulan yang diajarkan Islam.

Meraih keunggulan yang diajarkan Islam adalah melalui usaha ber- fastabiqul khairat, atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Mari kita camkan ayat Allah berikut ini:

 

????????? ????????? ???? ???????????? ????????????? ???????????? ?????? ??? ??????????? ?????? ?????? ??????? ????????? ? ????? ??????? ????? ????? ?????? ????????

“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah: 148).

 

Dalam kitab  Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir karya Muhammad Sulaiman Al-Asyqar , kata likulli wijhah, diartikan bahwa tiap-tiap umat ada kiblatnya sendiri, yakni setiap umat beragama memiliki arah kiblat, baik itu kiblat yang benar atau yang salah. Atau bisa dimaknai setiap umat memiliki tujuannya masing-masing. Maka untuk mencapai tujuan masing-masing itu mereka berlomba-lomba kepada kebaikan. Kita sebagai muslim, juga memiliki kibat dan tujuan, maka kita harus tegak lurus dengan keimanan kita kepada Allah, menghadapkan diri kepada kiblat kita untuk mencapai tujuan. Caranya adalah dengan terus berusaha sekuat tenaga, berlomba tidak kenal lelah dalam menggapai kebaikan dan ridho Allah SWT. Semangat ini yang juga terus dijaga dalam tradisi pesantren dengan ungkapan man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. (Bandar Lampung, mh.07/12/21).

 

 

 

Berita Lainnya

Masukkan Komentar

ACaXD

Total Komentar (0)


Halaman :
Facebook Pages
 
Twitter